Saturday, January 7, 2012

Marco Van Basten, Pahlawan Sepakbolaku



Bukan Pele, Maradona, Platini, atau pemain hebat lainnya yang menjadi pahlawan sepakbola buat saya. Adalah Marco Van Basten, penyerang asal Belanda yang menjadi "Football Hero" buat saya. Alasannya sangat sederhana. Mengapa? Karena Van Basten lah yang membuat saya jatuh cinta dengan sepakbola. 

Semuanya berawal dari Euro 1988 di Jerman Barat (belum bersatu pada waktu itu). Saat itu saya berusia 6 tahun dan mulai tertarik dengan olahraga dan segala macam bentuk permainan yang melibatkan kegiatan fisik. Pada suatu hari paman saya yang berasal dari Belanda berkunjung ke Jakarta dan kebetulan pada hari televisi lokal sedang menayangkan pertandingan Euro 88 antara Belanda melawan Inggris. Paman saya yang berasal dari Belanda itu sangat antusias menonton pertandingan ini. 

Paman saya yang berasal dari Belanda tentunya dengan sangat antusias mendukung tim nasionalnya. Sedangkan saya yang pada waktu itu belum tahu apa-apa tentang sepakbola terbawa suasana dan ikut menonton serta mendukung Belanda. Saya mendapat penjelasan singkat dari ayah saya pada waktu itu, bahwa sepakbola adalah permainan 11 pria melawan 11 pria memperbutkan sebuah bola dengan tujuan mencetak gol ke gawang lawan sebanyak mungkin dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kebobolan. Penjelasan itu membuat saya mengerti dan tertarik untuk menontonnya.

Suasana di rumah pada saat itu cukup ramai dan meriah. Entah kenapa, saya sangat menikmati permainan yang saya saksikan lewat layar televisi pada waktu itu. Saya mulai memperhatikan dengan seksama bagaimana cara para pemain sepakbola itu bermain. Saya mulai mengamati dengan serius bagaimana mereka mengoper dan menendang bola. Lama kelamaan saya sangat menikmati dan mulai serius mencermati bagaimana cara pemain-pemain sepakbola itu membangun serangan dari belakang, tengah hingga ke mulut gawang lawan.

Bagian yang paling menyenangkan dalam menikmati suatu pertandingan sepakbola adalah menyaksikan proses terjadinya gol. Setelah menunggu cukup lama akhirnya gol yang dinantikan pun tiba. Adalah pemain dari Belanda benomor punggung 12 yang menciptakan gol pertama pada pertandingan itu. Melihat gol tersebut, paman saya loncat kegirangan dan berteriak "Gooooooolllll". Saya pun ikut senang dan ikut bergembira bersama paman saya merayakan gol tersebut. Saya pun merasakan kegembiraan yang luar biasa ketika menyaksikan tim yang saya dukung berhasil mencetak gol. 

Pada babak kedua Inggris berhasil menyamakan kedudukan dan hal itu menyebabkan paman saya menaruh tangannya di kepala dan berteriak "Oh Nooo!!". Saya yang juga ikut mendukung Belanda pada waktu itu turut merasakan betapa menyesakannya kebobolan oleh tim lawan. Sungguh perasaan yang tidak enak. Setelah itu entah kenapa dalam hati saya mulai timbul suatu perasaan yang menggebu dan bersemangat untuk mendukung tim Belanda agar mencetak gol lagi. Saya mulai bisa berteriak ketika seorang pemain nyaris membuat gol dan saya mulai bisa merasa cemas jika para pemain lawan mulai mendekati gawang. 

Pada pertengahan babak kedua saya dan paman saya kembali bersorak-sorai kegirangan karena Belanda kembali berhasil menjebol gawang Inggris. Dan yang berhasil menjebol gawang Inggris pada waktu itu adalah lagi-lagi si pemain dengan nomor punggung 12. Pada saat gol pertama, saya tidak memperhatikan namanya, namun setelah gol kedua ini saya memperhatikan namanya dan mulai terekam di kepala saya, namanya adalah Marco Van Basten. Tak lama dari gol kedua, dari sebuah sepak pojok Van Basten berhasil mencetak gol ketiganya pada pertandingan itu. Paman saya langsung melompat-lompat tanpa henti saking girangnya. Sayapun pada saat itu dapat merasakan suatu kegembiraan yang luar biasa. Sejak saat itu nama Marco Van Basten tak bisa saya lupakan. 

Pertandingan pun dimenangkan oleh Belanda dengan skor 3-1. Setelah itu saya menunggu pertandingan Belanda selanjutnya. Mereka berhasil mengalahkan Irlandia 1-0 dan lolos ke semifinal. Di semifinal mereka akan bertemu tuan rumah Jerman Barat. Pertandingan melawan Jerman Barat adalah salah satu pertandingan sepakbola yang tidak bisa saya lupakan. Meskipun pada saat itu paman saya tidak menonton bersama saya, namun saya sangat menikmati dan mulai lebih paham tentang sepakbola. Pertandingan berlangsung ketat dan seru. Pada saat itu adalah pertama kalinya dalam hidup saya merasakan kencangnya jantung berdetak dan sangat antusias menonton sepakbola. Jantung saya sepertinya ingin lepas dari sarangnya ketika Jerman Barat mendapat hadiah penalti yang berhasil deselesaikan dengan baik oleh Lothar Matthaus. 

Saya kembali bergairah setelah Ronald Koeman berhasil menyamakan kedudukan juga melalui titik putih akibat dijatuhkannya Van Basten. Pertandingan semakin seru dan menegangkan. Ketika pertandingan sudah memasuki menit-menit akhir, sebuah umpan terobosan dari tengah lapangan berhasil diselesaikan dengan sangat baik oleh Van Basten dan gawang Jerman pun bobol. Saya sangat girang dengan gol itu. Saya sangat gembira dan bahkan lebih senang daripada dihadiahi mainan atau kado apapun dan sayapun tak henti-hentinya berjingkrakan. Belanda pun menang dan lolos ke final dan sejak saat itu Van Basten mulai menjadi idola saya.

Di Final Belanda bertemu dengan Uni Soviet yang pada pertandingan di penyisihan grup berhasil mengalahkan mereka 0-1. Pertandingan final Euro 88 antara Belanda melawan Uni Soviet ini adalah pertandingan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Pertandingan yang menegaskan cinta saya kepada sepakbola. Pada pertandingan ini Belanda berhasil mengalahkan Uni Soviet dengan skor 2-0. Kapten tim Ruud Gullit dan Van Basten menjadi pahlawan pada pertandingan itu dengan masing-masing golnya. Belanda akhirnya menjadi raja Eropa pada tahun 1988 dan sejak saat itu menjadi tim favorit saya.

Saya tidak akan pernah lupa dengan gol sundulan kepala dari Gullit dan tentu saja gol kedua Belanda yang dicetak oleh Van Basten pada pertandingan itu. Sebuah umpan lambung dari sisi kiri diselesaikan oleh tendangan voli spektakuler yang sangat indah dan berhasil membuat jantung seakan berhenti berdetak sesaat ketika melihatnya. Sebuah gol yang nyaris tidak masuk akal. Sebuah gol yang menampar saya dan meyakinkan saya bahwa sepakbola adalah permainan dan olahraga paling menarik di muka bumi ini. Sebuah gol yang berhasil membuat saya tidak menapak tanah untuk sesaat. Sebuah gol yang membuat saya jatuh cinta pada sepakbola. Sebuah gol yang berhasil mengukir nama Van Basten di hati saya.

Akibat semua ulah dan aksinya pada Euro 88 saya jatuh cinta pada sepakbola. Gara-gara Van Basten jugalah saya bisa berkenalan dan akhirnya jatuh cinta dengan AC Milan, klub sepakbola asal Italia yang telah menjadi bagian dalam hidup saya. Sejak saat itu saya tidak pernah berhenti menonton, membaca dan melakukan apa saja yang berhubungan dengan sepakbola. Sejak saat itu saya selalu menantikan aksi-aksi Van Basten di Milan maupun di tim nasional Belanda. Sejak saat itu saya benar-benar mencintai sepakbola dan itu semua karena orang Belanda yang bernama Marco van Basten yang akan selalu menjadi pahlawan sepak bola bagi saya.

Salam Olahraga,
Rifel
Football & Basketball Lover

No comments: